Foto diambil dari sini. |
MPAA: R for Sex and Nudity, Violence and Gore, Profanity, Alcohol/Drugs/Smoking, Frightening/Intense Scenes
Company: Showtime Networks
Cast: Michael C. Hall, Jennifer Carpenter, James Remar and Lauren Vรฉlez
Runtime: 60 mins
Recommendations: 9,1/10 (IMDB)
DEXTER. Film seri yang ditayangkan di salah satu channel televisi berbayar sejak enam tahun lalu tersebut, mengambil judul dari nama tokoh utamanya. Dexter Morgan (Michael C. Hall), adalah seorang pembunuh berantai. Tidak hanya membunuh, namun ia juga memutilasi korbannya. Ia melakukan aktivitasnya tersebut secara rutin, selama bertahun-tahun, tanpa sedikit pun tercium oleh kepolisian Miami, tempat ia bermukim sejak kecil.
Sampai di titik ini, mungkin Anda berfikir, "Oke, film ini bercerita tentang seorang psikopat yang kejam, dan pada akhirnya seperti di film-film lain, cepat atau lambat akhirnya ia akan tertangkap. Kebaikan selalu mengalahkan kejahatan. Selesai."
Maaf, tapi pendapat tersebut (kali ini) kurang tepat. Selain seorang psikopat, ternyata Dexter adalah staf ahli laboratorium yang tergabung dalam tim forensik bagian pembunuhan di Miami Metro Police Department. Tepatnya, ia adalah ahli menganalisa cipratan darah (blood spatter). Dalam setiap penyelidikan kasus pembunuhan, dengan mudahnya Dexter dapat menganalisa dan merekonstruksikan kronologis kejadiannya, senjata yang digunakan, hingga ciri-ciri fisik si pembunuh (tinggi, berat, dll), hanya dari analisa cipratan darah yang terdapat pada lokasi kejahatan tersebut. Hal tersebut mudah saja bagi Dexter, karena ia menyukai darah. Darah adalah hidupnya.
Dexter dapat terus memenuhi dorongan untuk membunuh dan lolos selama bertahun-tahun dari radar polisi, berkat bimbingan dan nasihat dari almarhum ayah angkatnya, Harry Morgan (James Remar), yang semasa hidupnya dulu juga seorang polisi. Harry mengetahui "hasrat terpendam" yang dimiliki Dexter sejak ia masih kecil. Karena ia sangat menyayangi Dexter, dan yakin bahwa dengan membawa Dexter ke psikiater atau rumah sakit tidak akan menyelesaikan masalah kejiwaannya, ia pun mengajarkan sebuah prinsip, yang sering disebut oleh Dexter: Harry's Code.
Dalam prinsip tersebut, Harry mengajarkan bahwa untuk dapat mempertahankan hidup dan selamat dari pihak yang berwajib, Dexter tidak boleh sembarangan membunuh orang. Dexter hanya boleh membunuh orang-orang yang pantas untuk dibunuh. Orang-orang yang pantas untuk dibunuh itu adalah orang-orang yang sama seperti Dexter: seorang pembunuh, terutama yang tidak tertangkap oleh polisi, atau sudah tertangkap namun tidak ada bukti kuat, sehingga mereka dibebaskan kembali. Selain itu, Harry juga mengajarkan bagaimana agar dalam memenuhi hasrat membunuhnya, Dexter tidak boleh meninggalkan secuil pun bukti yang bisa ditemukan oleh polisi. Dexter diajarkan bagaimana caranya menghilangkan barang bukti di lokasi kejahatannya dan tidak meninggalkan jejak sedikit pun.
Pada awalnya, Anda mungkin akan merasa jijik atau menonton dengan dahi mengernyit, karena film ini sarat dengan adegan kekerasan, pembunuhan, apalagi dengan adanya potongan-potongan tubuh. Namun di balik itu, Anda akan terhanyut dengan akting Dexter, di mana hampir sebagian besar waktunya harus ia lewatkan dengan berpura-pura menjadi "orang biasa", yang harus berbaur dengan masyarakat, dengan rekan-rekannya di kepolisian, dengan pacarnya, hingga dengan adik angkatnya, Debra Morgan (Jennifer Carpenter), yang mengikuti jejak ayahnya menjadi polisi.
Anda akan diyakinkan bahwa Dexter, meskipun ia adalah seorang psikopat, namun ia juga seorang manusia yang hanya berusaha memenuhi hasrat terpendamnya. Bahkan kemungkinan besar Anda akan sampai pada satu titik, di mana Anda benar-benar merasa kasihan dan berpihak pada Dexter, dan tidak ingin dia tertangkap oleh polisi.
Tidak heran di Amerika, film seri yang sudah menyelesaikan 6 musim ini memiliki julukan: "America's Favourite Serial Killer".
Bagaimana? Anda "berani" menonton Dexter?
sebelum ada filmnya sdh koleksi novel nya duluan..so pasti nonton :)
ReplyDelete