"We are not professional film critics. We just want to enjoy and to give our opinions about movies. If you have different opinion from us, we would be very happy. Because it shows that we live in a very complex society, with many different thoughts, opinions, and taste. So the movie makers will be challenged to always satisfy their audiences and they will make more and more great movies of all times..."

- Ode & Yanti -

Wednesday 11 August 2010

The Last Airbender (2010)

Genre: Action, Adventure, Fantasy 
MPAA: Rated PG  for Fantasy Action Violence
Company: Paramount Pictures
Director: M. Night Shyamalan
Cast: Noah Ringer, Dev Patel, Nikola Peltz, Jackson Rathbone
Runtime: 103 min 
Recommendations: 4/10

Begitu banyak cacian dan cemoohan ditujukan pada film yang diangkat dari komik dan serial animasi berjudul Avatar : The Last Airbender ini. Para kritikus pun tidak mau kalah mencerca film ini. Tapi semua cercaan dan cemoohan tidak membuat saya mengurungkan niat saya untuk menontonnya, semata-mata karena saya adalah penggemar karya sang sutradara, M. Night Shyamalan (The Signs, The Village).

Film ini merupakan penurunan kualitas yang signifikan dari film-film garapan Shyamalan sebelumnya. Entah apakah karena Shyamalan terbentur image kuat yang sudah terbentuk dari serial animasinya, sehingga ia tidak bisa maksimal dalam mengeksplorasi film ini, atau memang karena faktor sang sutradara sendiri. Cerita asli yang sebenarnya sangat membuka ruang untuk dibuat menjadi film luar biasa, gagal dimanfaatkan oleh Shyamalan. Dimulai dari dialog yang buruk, alur yang luar biasa cepat dan menganggu, pengambilan gambar yang tidak maksimal, sampai ke buruknya akting para pemain membuat film yang sangat dinanti (terutama oleh para penggemar serial animasinya) ini berubah menjadi film terburuk di musim panas ini.

Memang sulit jika harus memasukkan detail cerita dari seri animasinya yang terdiri dari lebih dari 10 episode ke dalam sebuah film berdurasi kurang dari 2 jam. Namun justru disitulah kepintaran seorang sutradara diuji, bagaimana menempatkan detail penting dari cerita asli tanpa mengurangi kualitas film secara keseluruhan. Nilai sangat minus diraih Shyamalan untuk penulisan naskah dan penyutradaraan. Barisan pemain yang sebagian besar dihuni oleh nama-nama baru dan tidak terkenal (satu-satunya wajah yang bisa dikenali di film ini, selain sang “Slumdog MillionaireDev Patel, adalah Jackson Rathbone, pemeran Jasper dalam Twilight Saga) membuat kualitas akting yang ditampilkan luar biasa datar. Shyamalan gagal membuat para pemeran untuk lebih mendalami karakter peran masing2. Pecinta seri animasinya tentu akan sangat ingat bagaimana karakter setiap tokoh, dan karakter dari seri animasi tersebut tidak tampak di film ini. Noah Ringer (Aang), Nikola Peltz (Katara), Seychelle Gabriel (Princess Yue), harus lebih banyak berlatih akting jika ingin sukses di dunia perfilman. Bahkan akting Jackson dan Dev juga tergolong biasa-biasa saja.

Mungkin satu hal yang bisa dinikmati dari film ini adalah hasil karya luar biasa dari para ahli efek khusus di Industrial Light & Magic. Efek khusus yang dihadirkan sangat baik, halus dan memukau. Hanya saja, keunggulan di bagian efek khusus ini terasa hambar oleh gagalnya bagian lain dari film ini.

Bagi penikmat film atau movie freak, tidak apa menonton film ini, ada gunanya juga untuk menambah wawasan kita tentang film. Menurut saya selain harus menonton film yang baik, seorang movie freak harus berani menonton film buruk yang mendapat banyak kritik dan cacian. Bagi yang tidak ingin membuang-buang uang untuk menyaksikan film yang tidak bagus, sebaiknya pikir dua kali jika mau menonton film ini. Saya sendiri menganggap film ini masih tergolong menghibur, namun untuk standar seorang M. Night Shyamalan film ini bisa dikatakan sangat buruk. Pilihan ada di diri anda. Selamat menonton . Recommendation : 4/10


- We could be friends, you know? -