"We are not professional film critics. We just want to enjoy and to give our opinions about movies. If you have different opinion from us, we would be very happy. Because it shows that we live in a very complex society, with many different thoughts, opinions, and taste. So the movie makers will be challenged to always satisfy their audiences and they will make more and more great movies of all times..."

- Ode & Yanti -

Thursday 23 February 2012

Super 8 (2011)


Genre: Mistery, Science Fiction, Thriller
MPAA: Rated PG-13 for intense sequences of sci-fi action and violence, language and some drug use
Company: Paramount Pictures
Director: J. J. Abrams
Casts:  Kyle Chandler, Elle Fanning, Joel Courtney, Noah Emmerich
Runtime: 112 min
Recommendations: 6/10


"It Arrives"

Apa jadinya jika 8 remaja yang memiliki kekuatan super bersatu membasmi kejahatan di dunia ini? Sepertinya menarik ya? Sayangnya, film besutan J.J. Abrams ini tidak menceritakan hal seperti itu. Judul yang disajikan mungkin membuat orang pertama kali menerka bahwa film ini bercerita tentang orang dengan kekuatan super. Jika anda berpikir seperti itu, maka seperti saya, anda telah tertipu :)

Super 8 bercerita tentang lima remaja di sebuah kota kecil yang sedang membuat film tentang zombie. Sebuah kejadian luar biasa di saat mereka sedang mengambil adegan, membawa mereka ke dalam sebuah misteri yang melibatkan Angkatan Udara Amerika Serikat. Misteri yang mengakibatkan hilangnya beberapa orang dan juga barang-barang mereka. Sambil terus berusaha menyelesaikan film mereka, ditambah beberapa konflik kecil, mereka berhasil memecahkan misteri yang menerpa kota kecil tempat mereka tinggal.

Diperankan dengan baik oleh beberapa bintang berbakat seperti Joel Courtney (sebagai Joe Lamb), Elle Fanning (Alice Daynard), Riley Griffiths (Charles Kaznyk), Ryan Lee (Cary) dan Zach Mills (Preston), film fiksi ilimiah ini menjadi tontonan yang menghibur. Ada sedikit action dan thriller di dalam film ini. Ceritanya tidak ringan, tapi juga tidak berat. Tidak ada permainan emosi yang ekstrim, selain beberapa adegan menegangkan film ini terbilang cukup datar walaupun tidak juga bisa dibilang membosankan. Bolehlah anda menjadikan film ini sebagai hiburan di akhir pekan.

6/10

Tuesday 21 February 2012

Source Code (2011)



Genre: Mistery, Science Fiction, Thriller
MPAA: Rated PG-13 for some violence including disturbing images, and for language
Company: Vendome Pictures
Director: Duncan Jones
Casts:  Jake Gyllenhaal, Michelle Monaghan, Vera Farmiga
Runtime: 93 min
Recommendations: 7/10


"Make every second count"

Apa yang akan anda lakukan jika anda dapat kembali ke masa lalu selama beberapa waktu saja? Apakah anda akan berusaha melakukan sesuatu yang dapat menyelamatkan seorang atau bahkan menyelamatkan dunia? Atau akankah anda hanya ingin melakukan sesuatu yang selama ini belum sempat anda lakukan?

Kapten Colter Stevens (Jake Gyllenhaal) terbangun di dalam sebuah kereta, duduk dihadapan wanita cantik bernama Christina Warren (Michelle Monaghan) yang sama sekali tidak dikenalnya. Christina terus menerus mengajaknya mengobrol disaat Colter masih dalam keadaan bingung, karena hal terakhir yang diingatnya adalah dirinya sedang menerbangkan helikopter dalam tugasnya sebagai tentara Amerika Serikat di Afghanistan. Kebingungan semakin bertambah karena Christina terus menerus memanggilnya dengan nama Sean. Beberapa menit berlalu, saat masih dalam kebingungan, tiba-tiba saja kereta meledak.

Kapten Colter Stevens kemudian terbangun di dalam sebuah ruangan, dimana ia terikat pada sebuah kursi. Masih belum bisa bernafas dengan tenang akibat apa yang baru saja dialaminya, sebuah suara mengajaknya berkomunikasi. Suara yang berasal dari Kapten Goodwin (Vera Farmiga), menanyakan beberapa hal yang tidak dimengerti oleh Colter. Pada saat yang sama, Colter pun menghujani Kapten Goodwin dengan pertanyaan-pertanyaan yang sangat ingin diketahui jawabannya oleh Colter. Setelah berdialog selama beberapa saat, sekejap kemudian Colter kembali berada di dalam kereta, kembali berada di hadapan Christina, dan kembali mengalami kejadian yang kurang lebih sama.

Mengapa Colter bisa berada dalam situasi tersebut? Akan lebih baik jika anda dengan tekun menyaksikan film ini, dan membuat kesimpulan sendiri akan inti cerita dari film ini.

Jika anda pernah menonton Inception, secara sekilas film ini akan mengingatkan anda tentang Inception. Namun tentu saja dari inti cerita dan kualitas keseluruhan dari film ini tidaklah sama. Kemiripan film ini dengan Inception adalah pada saat anda selesai menontonnya, akan tercipta berbagai pendapat yang berbeda tentang apa itu Source Code, sehingga untuk benar-benar memahami inti dari Source Code anda mungkin harus menonton film ini untuk yang kedua kali, atau mungkin lebih.

Kualitas akting ketiga pemeran utama film ini (Gyllenhaal, Monaghan dan Farmiga) menurut saya cukup baik. Saya tidak menyenangi akting yang disajikan Jake Gyllenhaal dalam Prince of Persia : The Sands of Time, tapi saya menyukai kualitas aktingnya dalam Brothers, untungnya kualitas akting yang kurang lebih sama diperlihatkan dalam film ini. Efek visual yang diberikan nyaris sempurna, hal ini diakibatkan karena pada adegan Colter melompat dari kereta terlihat sedikit kasar. Jika saja adegan tersebut dapat dibuat lebih baik lagi, maka secara efek visual film ini menjadi sempurna.

Untuk peminat film yang membutuhkan sedikit berpikir dalam mencerna apa yang disajikan, film ini layak mendapat tempat tersendiri dalam katalog koleksi film anda.

7/10

Sunday 19 February 2012

Moneyball (2011)


Foto diambil dari sini
Genre: Drama, Sport, Biography
MPAA: Rated PG-13 for some strong language
Company: Columbia Pictures
Director: Bennett Miller
Casts:  Brad Pitt, Robin Wright and Jonah Hill
Runtime: 133 min
Recommendations: 4 of 5 stars (Roger Ebert)


Pada musim pertandingan Baseball 2002, sebuah tim yang memiliki budget terendah dalam Baseball Liga Mayor (MLB) membuat rekor baru Liga Amerika dengan berhasil meraih 20 kemenangan berturut-turut. Padahal tim tersebut memulai musim dengan 11 kekalahan berturut-turut. Apa yang terjadi di antaranya adalah cerita  dari "Moneyball", sebuah film yang cerdas, intens dan "menggerakkan", yang bercerita tidak hanya mengenai olah raga semata, namun juga peperangan antara intuisi dan statistik.

Fokus film ini adalah pada karakter General Manager Oakland Athletics, Billy Beane (Brad Pitt), seorang pemain MLB yang kurang berhasil, pindah ke kursi manajemen dan didorong oleh rasa benci terhadap kekalahan. Pada musim sebelumnya, ia membawa tim Athletics menuju World Series, hanya untuk menerima kekalahan dan melihat tiga pemain terbaiknya pergi karena disewa oleh tim yang lebih kaya dan  memberikan gaji jauh lebih besar.

Dihadapi dengan kenyataan bahwa ia harus kembali membangun timnya dengan harga murah, Beane terbujuk oleh teori yang dicetuskan Peter Brand (Jonah Hill), seorang kutu buku lulusan pascasarjana Universitas Yale yang bergulat dengan angka dan berhasil menyajikan analisis pemain baseball yang memiliki potensi sangat besar namun dengan biaya yang sangat murah. Brand membujuk Beane bahwa ia harus menyewa pemain berdasarkan statistik kinerja yang hasilnya ternyata menunjuk kepada para pemain yang diremehkan. Bersama, mereka membentuk tim yang pada awalnya tampak bodoh, tetapi selama musim penuh perjuangan tersebut, mereka berhasil membuktikan diri melalui jual beli terbesar di dunia baseball.

Moneyball bukanlah sebuah film olah raga klasik, yang juga menarik untuk para penonton non-penggemar olah raga sekalipun. Ini bukan film dengan serangkaian pertandingan besar. Ketika menampilkan adegan-adegan di lapangan, itu hanya untuk menampilkan momen-momen penting dan pilihan. Esensi dari film ini adalah pada dialog-dialognya yang cerdas dan singkat.

Ini adalah benar-benar film tentang bisnis. Tak satu pun dari para pemain baseball yang memiliki peran utama. Seluruh drama terjadi di dalam pikiran seorang General Manager dan tangan kanannya. Mereka bertaruh antara tradisi dan analisis numerik. Angka-angka menunjukkan bahwa komputer ternyata dapat merancang sebuah tim yang lebih baik dari naluri manusia.

Hal tersebut sungguh melankolis, namun ini memang sebuah film yang melankolis. Terdapat adegan yang cukup mengguncang batin di mana Brad Pitt berdialog dengan Jonah Hill, apa arti dari semua ini? Kemenangan yang dicapai 20 kali berturut-turut tidak ada artinya. Karena yang paling penting adalah menjadi juara di musim tersebut. Juga terdapat saat-saat dramatis ketika pemain diperdagangkan atau dipindahkan ke liga minor. Baseball adalah bisnis. Hanya para penggemarlah yang betul-betul menyukainya sebagai permainan.

Monday 13 February 2012

Dexter (TV Series 2006 - )

Foto diambil dari sini.
Genre: Crime/Gangster, Drama
MPAA: R for Sex and Nudity, Violence and Gore, Profanity, Alcohol/Drugs/Smoking, Frightening/Intense Scenes
Company: Showtime Networks 
Cast: Michael C. Hall, Jennifer Carpenter, James Remar and Lauren VĂ©lez
Runtime: 60 mins
Recommendations: 9,1/10 (IMDB)

DEXTER. Film seri yang ditayangkan di salah satu channel televisi berbayar sejak enam tahun lalu tersebut, mengambil judul dari nama tokoh utamanya. Dexter Morgan (Michael C. Hall), adalah seorang pembunuh berantai. Tidak hanya membunuh, namun ia juga memutilasi korbannya. Ia melakukan aktivitasnya tersebut secara rutin, selama bertahun-tahun, tanpa sedikit pun tercium oleh kepolisian Miami, tempat ia bermukim sejak kecil.

Sampai di titik ini, mungkin Anda berfikir, "Oke, film ini bercerita tentang seorang psikopat yang kejam, dan pada akhirnya seperti di film-film lain, cepat atau lambat akhirnya ia akan tertangkap. Kebaikan selalu mengalahkan kejahatan. Selesai." 

Maaf, tapi pendapat tersebut (kali ini) kurang tepat. Selain seorang psikopat, ternyata Dexter adalah staf ahli laboratorium yang tergabung dalam tim forensik bagian pembunuhan di Miami Metro Police Department. Tepatnya, ia adalah ahli menganalisa cipratan darah (blood spatter). Dalam setiap penyelidikan kasus pembunuhan, dengan mudahnya Dexter dapat menganalisa dan merekonstruksikan kronologis kejadiannya, senjata yang digunakan, hingga ciri-ciri fisik si pembunuh (tinggi, berat, dll), hanya dari analisa cipratan darah yang terdapat pada lokasi kejahatan tersebut. Hal tersebut mudah saja bagi Dexter, karena ia menyukai darah. Darah adalah hidupnya.

Dexter dapat terus memenuhi dorongan untuk membunuh dan lolos selama bertahun-tahun dari radar polisi, berkat bimbingan dan nasihat dari almarhum ayah angkatnya, Harry Morgan (James Remar), yang semasa hidupnya dulu juga seorang polisi. Harry mengetahui "hasrat terpendam" yang dimiliki Dexter sejak ia masih kecil. Karena ia sangat menyayangi Dexter, dan yakin bahwa dengan membawa Dexter ke psikiater atau rumah sakit tidak akan menyelesaikan masalah kejiwaannya, ia pun mengajarkan sebuah prinsip, yang sering disebut oleh Dexter: Harry's Code.

Dalam prinsip tersebut, Harry mengajarkan bahwa untuk dapat mempertahankan hidup dan selamat dari pihak yang berwajib, Dexter tidak boleh sembarangan membunuh orang. Dexter hanya boleh membunuh orang-orang yang pantas untuk dibunuh. Orang-orang yang pantas untuk dibunuh itu adalah orang-orang yang sama seperti Dexter: seorang pembunuh, terutama yang tidak tertangkap oleh polisi, atau sudah tertangkap namun tidak ada bukti kuat, sehingga mereka dibebaskan kembali. Selain itu, Harry juga mengajarkan bagaimana agar dalam memenuhi hasrat membunuhnya, Dexter tidak boleh meninggalkan secuil pun bukti yang bisa ditemukan oleh polisi. Dexter diajarkan bagaimana caranya menghilangkan barang bukti di lokasi kejahatannya dan tidak meninggalkan jejak sedikit pun.

Pada awalnya, Anda mungkin akan merasa jijik atau menonton dengan dahi mengernyit, karena film ini sarat dengan adegan kekerasan, pembunuhan, apalagi dengan adanya potongan-potongan tubuh. Namun di balik itu, Anda akan terhanyut dengan akting Dexter, di mana hampir sebagian besar waktunya harus ia lewatkan dengan berpura-pura menjadi "orang biasa", yang harus berbaur dengan masyarakat, dengan rekan-rekannya di kepolisian, dengan pacarnya, hingga dengan adik angkatnya, Debra Morgan (Jennifer Carpenter), yang mengikuti jejak ayahnya menjadi polisi.

Anda akan diyakinkan bahwa Dexter, meskipun ia adalah seorang psikopat, namun ia juga seorang manusia yang hanya berusaha memenuhi hasrat terpendamnya. Bahkan kemungkinan besar Anda akan sampai pada satu titik, di mana Anda benar-benar merasa kasihan dan berpihak pada Dexter, dan tidak ingin dia tertangkap oleh polisi.

Tidak heran di Amerika, film seri yang sudah menyelesaikan 6 musim ini memiliki julukan: "America's Favourite Serial Killer".

Bagaimana? Anda "berani" menonton Dexter?