Genre: Action, Adventure, Fantasy
MPAA: Rated PG for Fantasy Action Violence
Company: Paramount Pictures
Director: M. Night Shyamalan
Cast: Noah Ringer, Dev Patel, Nikola Peltz, Jackson Rathbone
Runtime: 103 min
Recommendations: 4/10
Begitu banyak cacian dan cemoohan ditujukan pada film yang diangkat dari komik dan serial animasi berjudul Avatar : The Last Airbender ini. Para kritikus pun tidak mau kalah mencerca film ini. Tapi semua cercaan dan cemoohan tidak membuat saya mengurungkan niat saya untuk menontonnya, semata-mata karena saya adalah penggemar karya sang sutradara, M. Night Shyamalan (The Signs, The Village).
Film ini merupakan penurunan kualitas yang signifikan dari film-film garapan Shyamalan sebelumnya. Entah apakah karena Shyamalan terbentur image kuat yang sudah terbentuk dari serial animasinya, sehingga ia tidak bisa maksimal dalam mengeksplorasi film ini, atau memang karena faktor sang sutradara sendiri. Cerita asli yang sebenarnya sangat membuka ruang untuk dibuat menjadi film luar biasa, gagal dimanfaatkan oleh Shyamalan. Dimulai dari dialog yang buruk, alur yang luar biasa cepat dan menganggu, pengambilan gambar yang tidak maksimal, sampai ke buruknya akting para pemain membuat film yang sangat dinanti (terutama oleh para penggemar serial animasinya) ini berubah menjadi film terburuk di musim panas ini.
Memang sulit jika harus memasukkan detail cerita dari seri animasinya yang terdiri dari lebih dari 10 episode ke dalam sebuah film berdurasi kurang dari 2 jam. Namun justru disitulah kepintaran seorang sutradara diuji, bagaimana menempatkan detail penting dari cerita asli tanpa mengurangi kualitas film secara keseluruhan. Nilai sangat minus diraih Shyamalan untuk penulisan naskah dan penyutradaraan. Barisan pemain yang sebagian besar dihuni oleh nama-nama baru dan tidak terkenal (satu-satunya wajah yang bisa dikenali di film ini, selain sang “Slumdog Millionaire” Dev Patel, adalah Jackson Rathbone, pemeran Jasper dalam Twilight Saga) membuat kualitas akting yang ditampilkan luar biasa datar. Shyamalan gagal membuat para pemeran untuk lebih mendalami karakter peran masing2. Pecinta seri animasinya tentu akan sangat ingat bagaimana karakter setiap tokoh, dan karakter dari seri animasi tersebut tidak tampak di film ini. Noah Ringer (Aang), Nikola Peltz (Katara), Seychelle Gabriel (Princess Yue), harus lebih banyak berlatih akting jika ingin sukses di dunia perfilman. Bahkan akting Jackson dan Dev juga tergolong biasa-biasa saja.
Mungkin satu hal yang bisa dinikmati dari film ini adalah hasil karya luar biasa dari para ahli efek khusus di Industrial Light & Magic. Efek khusus yang dihadirkan sangat baik, halus dan memukau. Hanya saja, keunggulan di bagian efek khusus ini terasa hambar oleh gagalnya bagian lain dari film ini.
Bagi penikmat film atau movie freak, tidak apa menonton film ini, ada gunanya juga untuk menambah wawasan kita tentang film. Menurut saya selain harus menonton film yang baik, seorang movie freak harus berani menonton film buruk yang mendapat banyak kritik dan cacian. Bagi yang tidak ingin membuang-buang uang untuk menyaksikan film yang tidak bagus, sebaiknya pikir dua kali jika mau menonton film ini. Saya sendiri menganggap film ini masih tergolong menghibur, namun untuk standar seorang M. Night Shyamalan film ini bisa dikatakan sangat buruk. Pilihan ada di diri anda. Selamat menonton . Recommendation : 4/10
- We could be friends, you know? -
"We are not professional film critics. We just want to enjoy and to give our opinions about movies. If you have different opinion from us, we would be very happy. Because it shows that we live in a very complex society, with many different thoughts, opinions, and taste. So the movie makers will be challenged to always satisfy their audiences and they will make more and more great movies of all times..."
- Ode & Yanti -
Wednesday, 11 August 2010
Thursday, 29 July 2010
Inception (2010)
Genre : Action, Mystery, Sci-Fi, Thriller
MPAA : Rated PG-13 for sequences of violence and action throughout
Company : Warner Bros. Pictures
Director : Christopher Nolan
Cast : Leonardo DiCaprio, Joseph Gordon-Levitt, Ellen Page, Tom Hardy, Ken Watanabe, Dileep Rao, Cillian Murphy, Marion Cotillard
Runtime : 148 minutes
Recommendations : 10/10
Jenius adalah kata yang mungkin harus disematkan kepada seorang Christopher Nolan (Memento, Dark Knight) atas karyanya yang luar biasa. Film terbaru arahannya, Inception, bukan hanya merupakan film terbaik dari seluruh rangkaian film musim panas, tapi bisa menjadi kandidat kuat film terbaik sepanjang tahun 2010. Dengan gaya penyutradaraan yang khas, Nolan kembali berhasil menelurkan sebuah karya menakjubkan setelah ia mengejutkan dengan Memento, dan tentu saja keberhasilannya membawa kisah Batman menjadi lebih dewasa dan berkualitas dalam Dark Knight.
Film yang ditulis sendiri oleh sang sutradara ini dibintangi oleh beberapa nama yang cukup kita kenal, diantaranya Leonardo DiCaprio (Titanic, Shutter Island), Ellen Page (Juno), Marion Cotillard (Love Me if You Dare, Public Enemies), Ken Watanabe (The Last Samurai, Shanghai), Joseph Gordon-Levitt (500 Days of Summer), Tom Hardy (RocknRolla), dan Cillian Murphy (Batman Begins, Dark Knight). Selain itu ada nama-nama lain seperti Michael Caine dan Tom Berenger. Keseluruhan barisan pemain film ini bermain sangat baik sehingga mampu mengimbangi Leonardo DiCaprio yang merupakan pemeran utama di film ini. Tom Hardy dan Joseph Gordon-Levitt yang kalah pamor dari DiCaprio mampu mencuri perhatian di beberapa adegan. Singkat kata, film ini bukan film one man show, semua aktor dan aktris yang terlibat berperan sama baiknya. Saya tidak akan menceritakan jalan cerita dari film ini, biarlah anda semua menyaksikannya sendiri.
Luar Biasa!! Itu kata yang terlintas pertama kali setelah menonton film ini. Sepanjang kurang lebih 148 menit film ini diputar, adegan yang disajikan tidak bisa membuat mata ini berpaling, bahkan untuk berkedip rasanya berat sekali. Silahkan saja menilai saya terlalu berlebihan, tapi itu yang benar-benar terjadi. Saya sangat beruntung bisa menonton film sebagus ini, dan saya sangat merekomendasikan anda semua untuk menontonnya. Jika anda tidak bisa menonton di bioskop, maka DVD atau VCD dari film ini sangat layak dibeli. Sekali lagi, Luar Biasa!! Salut kepada Christopher Nolan dan seluruh kru serta pemain film Inception.
- You mustn’t be afraid to dream a little bigger, darling - Eames
Thursday, 15 April 2010
3 Idiots (India - 2009)
Genre: Comedy, Drama, Romance
MPAA: Not Rated
Company: Vinod Chopra Productions
Director: Rajkumar Hirani
Cast: Aamir Khan, Kareena Kapoor
Runtime: 160min
Recommendations: 8/10
MPAA: Not Rated
Company: Vinod Chopra Productions
Director: Rajkumar Hirani
Cast: Aamir Khan, Kareena Kapoor
Runtime: 160min
Recommendations: 8/10
"Aal iz well.." - Rancho
Dua orang sahabat, Farhan dan Raju, mencari seorang sahabat lainnya yang sudah sejak lulus kuliah tidak pernah bertemu dan tidak ada kabarnya. Keduanya bersama seorang teman kuliah dulu, Chatur, mencari keberadaan sang sahabat sambil mengenang betapa sang sahabat sangat berpengaruh dalam hidup mereka.
Adalah Ranchoddas Shamaldas (Aamir Kahn) atau disingkat Rancho, seorang mahasiswa Imperial College of Engineering, India, sahabat yang dimaksud. Dirinya datang ke kampus tersebut dengan cara pandang berbeda, dan selalu bertentangan dengan profesor Viru Sahastrabuddhe, alias Virus, yang termasuk orang yang berpikiran kaku. Tingkah laku Rancho seringkali membawa masalah bagi teman sekamar asramanya, Farhan dan Raju, yang masuk kampus tersebut dengan nilai dan biaya yang sangat pas-pasan. Tapi meski demikian, Farhan dan Raju tetap berada di samping Rancho, karena mereka tahu bahwa Rancho akan selalu berada di samping mereka.
Saya sangat jarang menonton film India. Bukan karena kualitas film India yang buruk, banyak kok film India yang bagus, hanya saja saya kadang tidak tahan dengan tarian dan nyanyian serta banyaknya adegan buang-buang waktu dan berlebihan dari sineas-sineas bollywood. Film ini, meskipun terdapat adegan tarian dan nyanyian, tapi tidak terlalu mengganggu karena porsinya pas. Selain itu, ceritanya dikemas dengan baik, humornya mulai dari humor slapstick sampai ke humor yang membuat anda sedikit berpikir, dan inti cerita yang jika diikuti dengan baik akan menyentuh.
Untuk film drama-komedi ini, saya sangat rekomendasikan anda untuk menontonnya. Lumayan untuk menambah variasi tontonan.
"Pursue excellence, and succes will follow" - Rancho
Wednesday, 14 April 2010
Clash of the Titans (2010)
Genre: Action, Adventure, Drama, Fantasy
MPAA: Rated PG-13 for fantasy action violence, some frightening images and brief sensuality.
Company: Warner Bros. Pictures
Director: Louis Leterrier
Cast: Sam Worthington, Liam Neeson, Ralph Fiennes
Runtime: 106 min
Recommendations: 6/10
"The Clash of the Titans" berseting di sebuah kota di Yunani bernama Argos. Diawali dengan adegan seorang nelayan yang tanpa sengaja menemukan sebuah peti yang berisi seorang jasad wanita, yang sedang memeluk bayi laki-laki yang berhasil selamat dari maut. Bayi yang diberi nama Perseus (Sam Worthington) tersebut diasuh dan dibesarkan sebagai nelayan hingga ia dewasa.
MPAA: Rated PG-13 for fantasy action violence, some frightening images and brief sensuality.
Company: Warner Bros. Pictures
Director: Louis Leterrier
Cast: Sam Worthington, Liam Neeson, Ralph Fiennes
Runtime: 106 min
Recommendations: 6/10
"The Clash of the Titans" berseting di sebuah kota di Yunani bernama Argos. Diawali dengan adegan seorang nelayan yang tanpa sengaja menemukan sebuah peti yang berisi seorang jasad wanita, yang sedang memeluk bayi laki-laki yang berhasil selamat dari maut. Bayi yang diberi nama Perseus (Sam Worthington) tersebut diasuh dan dibesarkan sebagai nelayan hingga ia dewasa.
Tidak ada yang mengetahui bahwa Perseus sebetulnya adalah seorang Demi-God, atau manusia setengah dewa. Perseus adalah putra dari Dewa Petir Zeus (Liam Neeson) dan ibunya dahulu adalah seorang ratu dari sebuah kerajaan di Yunani. Hingga suatu saat, Hades (Ralph Fiennes), adik Zeus, membunuh keluarga nelayan yang membesarkan Perseus.
Perseus ingin membalas dendam kematian keluarganya dengan membunuh Hades. Ternyata, sudah menjadi suratan takdir, Perseus harus menyelamatkan kota Argos dari kekejaman Hades dan menghancurkan Kraken, monster ciptaan Hades. Di sinilah petualangan Perseus dimulai, dengan bantuan sekelompok pasukan, ia menempuh perjalanan panjang dan penuh petualangan demi menuntaskan tugasnya.
Bagi Anda yang sudah menonton Percy Jackson & the Olympians: The Lightning Thief, pasti menemukan bahwa plot antara dua film ini serupa tapi tak sama. Dua film ini sama-sama bercerita tentang tokoh Perseus, hingga petualangannya melawan Medusa. Bedanya, Percy Jackson berseting di zaman sekarang dan lebih modern, sedangkan Clash of the Titans disesuaikan dengan zaman Yunani kuno. Perbedaan lainnya, di film Percy Jackson, Perseus merupakan anak dari adik Zeus yaitu Poseidon, bukan anak Zeus. Secara kualitas, saya masih mengunggulkan Perseus versi Clash of the Titans dari pada Percy Jackson yang segmennya lebih ditujukan untuk ABG dengan cerita yg jauh lebih instan.
Namun ada hal-hal yg agak mengganjal bagi saya di film Clash of The Titans, yaitu format 3D nya yg tidak begitu berpengaruh banyak. Kemungkinan karena awalnya film ini memang tidak dibuat dalam format 3D, namun akhirnya dibuat 3D karena ingin meraih kesuksesan seperti film Avatar, yang juga dibintangi oleh Worthington. Selain itu, pertempuran terakhirnya dengan Kraken terasa ada yang kurang "greget" dan seperti terlalu mudah bagi Perseus. Terakhir, adalah model rambut botaknya Worthington. Kenapa hanya Perseus yg berambut botak, padahal di zaman itu seharusnya semua orang memiliki rambut panjang?
Tapi overall, film ini cukup seru dan menghibur. Buktinya, saat ini masih berhasil menduduki peringkat teratas Box Office di Amerika.
"Somebody has to make a stand...!" (Perseus)
Thursday, 11 March 2010
Percy Jackson & the Olympians: The Lightning Thief (2010)
Percy Jackson & the Olympians: The Lightning Thief (2010)
Genre: Adventure, Fantasy
MPAA: Rated PG for action violence and peril, some scary images and suggestive material, and mild language.
Company: Fox 2000 Pictures
Director: Chris Colombus
Cast: Logan Lerman, Brandon T. Jackson, Alexandra Daddario, Pierce Brosnan, Uma Thurman, Sean Bean, Kevin McKidd
Runtime: 118 min
Recommendations: 6/10
Melihat film ini mengingatkan saya pada Harry Potter, Bridge of Terabithia, Narnia dan Inkheart. Ya, sebuah film yang diangkat dari buku petualangan yang cukup sukses. Kisahnya berhubungan dengan mitos Yunani kuno dan dewa-dewanya yang banyak dikenal oleh orang banyak. Siapa yang tidak mengenal Zeus, Hercules, Athena, Poseidon, Medusa dan Hades sebelumnya? Nama itu mungkin tidak asing di telinga kita. Nama-nama tersebut kecuali Hercules, adalah nama-nama dewa dalam mitologi Yunani.
Tokoh-tokoh dalam mitologi tersebut pula yang muncul di dalam film ini.
Suatu masa, Poseidon (Kevin McKidd) sang dewa laut muncul ke daratan dan berbincang-bincang dengan Zeus (Sean Bean). Perbincangan tentang petir (lightning bolt), senjata terkuat milik Zeus yang hilang dicuri. Isu yang berkembang di dunia dewa, Percy Jackson adalah pencuri petir tersebut. Percy Jackson adalah putra dari Poseidon, hasil hubungannya dengan seorang manusia bernama Sally Jackson (Catherine Keener).
Percy yang tidak tahu apa-apa, dikejar-kejar oleh mahluk yang hanya muncul dalam mitos. Percy melarikan diri bersama sahabatnya, Grover (Brandon T. Jackson) dan Ibunya. Karena dirinya setengah dewa (demigod) maka Percy diijinkan berlindung di sekolah bagi para demigod. Di sekolah itu pula Percy mengetahui tentang latar belakang dirinya, identitas asli dari Grover, dan juga bertemu dengan Annabeth (Alexandra Daddario). Demi membersihkan namanya dan menyelamatkan ibunya dari cengkraman Hades yang menginginkan petir milik Zeus tersebut, maka Percy yang ditemani Grover dan Annabeth bertualang mencari jalan menuju tempat para dewa tinggal, sebuah tempat yang disebut Olympia.
Film yang diangkat dari buku biasanya memiliki basis fans tersendiri. Mereka yang menyukai bukunya tentu ingin menyaksikan buku kesayangan mereka divisualisasikan. Sementara bagi mereka yang tidak mengetahui bukunya, agak sulit untuk tertarik menonton kecuali jika kualitas filmnya bagus. Beberapa kali penggemar buku kecewa saat pada film yang diangkat dari bukunya. Sebut saja betapa penggemar Eragon kecewa dengan kedangkalan cerita filmnya. Atau ambil contoh film Inkheart yang sangat jauh kualitasnya dari apa yang dibayangkan penggemar bukunya. Yang paling akhir adalah bagaiman penggemar Harry Potter yang mengeluhkan instalasi ke 6 dari seri Harry Potter yaitu Harry Potter and the Half Blood Prince.
Awalnya saya tidak mengetahui kisah yang ada di bukunya. Yang saya tahu dan yang saya dengar, film ini dinantikan oleh banyak orang pemutarannya. Setelah tahu bahwa film ini diangkat dari seri buku, gambaran yang ada di kepala saya adalah film ini bisa jadi luar biasa layaknya Lord of the Rings, atau kacau layaknya Inkheart. Tapi kemudian saya berpendapat, sang sutradara cukup berhasil membuat saya yang bukan pembaca bukunya untuk cukup terhibur menyaksikan film karyanya. Jadi film ini ada diantara Lord of the Rings yang luar biasa dan Inkheart yang payah, alias film ini adalah film biasa-biasa saja yang cukup menghibur.
Wednesday, 10 March 2010
Alice In Wonderland
Alice In Wonderland (2010)
Genre: Adventure, Family, Fantasy
MPAA: Rated PG for fantasy action/violence involving scary images and situations, and for a smoking caterpillar.
Company: Walt Disney Pictures
Director: Tim Burton
Cast: Mia Wasikowska, Johnny Depp, Anne Hathaway, Helena Bonham Carter
Runtime: 108 min
Recommendations: 7/10
Genre: Adventure, Family, Fantasy
MPAA: Rated PG for fantasy action/violence involving scary images and situations, and for a smoking caterpillar.
Company: Walt Disney Pictures
Director: Tim Burton
Cast: Mia Wasikowska, Johnny Depp, Anne Hathaway, Helena Bonham Carter
Runtime: 108 min
Recommendations: 7/10
Anda mungkin pernah mendengar atau mengetahui kisah Alice in Wonderland. Kisah yang bercerita tentang petualangan seorang gadis kecil di negeri antah berantah, negeri yang dipenuhi mahluk mahluk magical, hewan yang berbicara, dan banyak hal yang menurut banyak orang adalah sesuatu yang tidak mungkin.
Jika anda berharap film ini adalah film dengan cerita yang sama, maka bersiaplah untuk kecewa. Tim Burton tidak membuat film ini sesuai dengan cerita yang dahulu. Dengan imajinasinya sendiri (seperti yang ia banyak lakukan dalam film arahannya) Tim Burton mengajak kita melihat sisi lain dari kisah Alice.
Dikisahkan Alice kini sudah dewasa, namun masih dihantui mimpi tentang dunia luar biasa yang dipenuhi mahluk yang luar biasa pula. Suatu hari, dalam sebuah pesta yang dimaksudkan sebagai pesta dimana Alice dilamar oleh seorang pria, Alice terjatuh ke dalam sebuah lubang yang dalam setelah dirinya mengejar seekor kelinci putih. Selanjutnya Alice dihadapkan pada situasi tidak masuk akal, dan ia beranggapan dirinya hanya bermimpi. Maka Alice meneruskan petualangannya di negeri yang disebutnya wonderland. Alice bertemu dengan Tweedledum dan Tweedledee, Mad Hatter, Chesire Cat, Red Queen, White Queen, dan banyak tokoh lainnya. lalu dapatkah Alice menemukan jalan kembali ke dunianya sendiri?
Film ini sangat memiliki aroma film Tim Burton. Sulit digambarkan, tapi penggemar Tim Burton pasti mengerti bedanya film Tim dengan sutradara lain. Cerita yang disuguhkan benar-benar segar, saya sendiri tidak berharap menemukan cerita seperti ini (karena yang ada di kepala saya adalah cerita asli Alice, namun dikemas dengan gelap khas Burton). Namun berhubung beberapa efek Visual yang terlalu kasar, saya tidak bisa memberi nilai banyak untuk film ini. Saya hanya ingin mengatakan, jika anda harus antri saat ingin menonton film ini, silahkan, it's worth it, film ini sangat layak tonton. :)
Valentine's Day (2010)
Valentine's Day (2010)
Genre: Comedy, Romance
MPAA: Rated PG-13 for some sexual material and brief partial nudity.
Company: Karz Entertainment
Director: Garry Marshall
Cast: Ashton Kutcher, Jennifer Gardner, Anne Hathaway, Julia Roberts, Bradley Cooper, Taylor Lautner, Jamie Foxx, Jessica Biel, Jessica Alba.
Runtime: 125 min
Recommendations: 6/10
Valentine's Day dikenal juga dengan nama lain Hari Kasih Sayang. Sutradara Garry Marshal mencoba untuk mengemas sebuah cerita ringan tentang hari kasih sayang ini sedemikian rupa agar menarik. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan menggunakan begitu banyak nama yang tidak asing lagi bagi para penikmat film. Siapa yang tidak kenal dengan nama seperti Julia Roberts, Jamie Foxx, Jessica Alba, Ashton Kutcher, sampai ke nama Bradley Cooper dan Taylor Lautner? Mengapa hal ini dilakukan? Karena ceritanya yang ringan.
Terkisah di suatu malam sebelum hari Valentine, seorang reporter olah raga, Kelvin Moore (Jamie Foxx), diberi tugas untuk meliput tentang hari Valentine. Tugas tersebut membawa Kelvin bertemu orang lain seperti pemilik toko bunga, Reed Bennett (Ashton Kutcher) dan seorang humas atlit sepakbola amerika, Kara Monahan (Jessica Biel). Reed Bennet selalu menganggap istimewa hari valentine, terutama karena valentine tahun ini ia bertunangan dengan kekasihnya, Morley Clarkson (Jessica Alba). Sahabatnya sejak lama, seorang wanita dewasa bernama Julia Fitzpatrick (Jennifer Gardner) pun sedang jatuh cinta pada seorang dokter bedah jantung bernama Dr. Harrison Copeland. Saat bercerita bahwa dirinya ditinggal Dr. Copeland yang harus praktek di hari valentine, Reed mengusulkan pada sahabatnya untuk menyusul sang dokter dan membuat kejutan untuknya. Setelah Julia meninggalkan toko bunga milik Reed, Dr. Copeland datang dan memesan dua karangan bunga untuk dua orang yang berbeda, dimana salah satunya adalah Julia. Reed sebagai sahabat bingung apakah harus berkata jujur pada Julia tentang orang yang dicintainya atau tidak.
Di tempat lain, Kara Monahan yang membenci hari valentine sedang disibukkan menangani kliennya, seorang atlit sepakbola amerika bernama Sean Jackson (Eric Dane). Ditambah lagi, Kara sibuk merencanakan acara yang tiap tahun diadakannya, sebuah acara bagi mereka yang anti hari valentine.Kejadian lucu yang terjadi saat Kelvin Moore datang untuk mewawancarai Kara, membuat Kara dan Kelvin menjadi dekat. Di tempat lain pula, seorang pria bernama Holden (Bradley Cooper) ada di dalam pesawat terbang dan duduk disebelah seorang tentara wanita bernama Kapten Kate Hazeltine. Karena selalu dekat di dalam pesawat, Holden dan Kate jadi mengenal satu sama lain. Lalu di tempat lainnya, seorang anak bernama Edison (Bryce Robinson) sedang sibuk mempersiapkan kejutan untuk orang yang dicintainya. Anak laki-laki yang masih bersekolah di sekolah dasar itu tinggal bersama kakek-neneknya yang sudah menikah dan tetap saling mencintai selama puluhan tahun. Edison memiliki seorang pengasuh yang masih remaja bernama Grace (Emma roberts). Grace dan kekasihnya berencana untuk melakukan hubungan sex di hari valentine. Di tempat lain lagi, seorang gadis muda yang sedang kasmaran, Liz (Anne Hathaway), menyembunyikan sesuatu dari orang yang dicintainya.
Begitu banyak karakter dalam film ini yang memiliki masalah berbeda, tetapi tetap saling terhubung satu sama lain melalui suatu kejadian. Seperti misalnya Reed dan bocah kecil Edison, berhubungan karena Edison membeli bunga yang akan jadi kejutan untuk orang yang dicintainya di toko bunga milik Reed. Lebih lengkapnya ketertautan semua tokoh di film ini, ada baiknya anda tonton sendiri filmnya. Buat saya pribadi, banyaknya nama terkenal di film ini hanyalah pemanis saja, karena cerita yang disajikan sudah umum dan sangat ringan. Hal yang membuat kita sedikit berpikir dan menerka-nerka adalah koneksi antara satu karakter ke karakter lainnya, lebih dari itu fil ini hanyalah sebuah komedi romantis yang tidak terlalu berkesan.
Tuesday, 9 March 2010
Hachiko : A Dog's Story (2009)
Hachiko: A Dog's Story (2009)
Genre: Drama
MPAA: Rated G.
Company: Sony Pictures Home Entertainment
Director: Lasse Hallstrom
Cast: Richard Gere, Joan Allen, Sarah Roemer, Cari-Hiroyuki Tagawa, Forest (as Hachi)
Runtime: 93 min
Recommendations: 8/10
Film ini diangkat dari kisah nyata tentang seekor anjing jenis Akita Jepang bernama Hachi.
Seekor anjing kecil (Forest) yang dikirim dari Jepang tersesat di sebuah stasiun kereta di Amerika pada suatu malam yang dingin. Anjing tersebut ditemukan oleh seorang profesor bernama Parker Wilson (Richard Gere) yang mengajar kesenian, yang pada saat itu baru saja pulang dari mengajar. Setelah mencoba menitipkan anak anjing itu pada penjaga stasiun kereta, Carl (Jason Alexander), dan gagal, sang profesor kemudian memutuskan untuk membawa pulang anak anjing tersebut.
Karena tahu istrinya tidak setuju dirinya membawa pulang seekor anak anjing, Profesor Wilson mencoba menyembunyikan anak anjing tersebut. Namun karena ulah anak anjing itu akhirnya istrinya, Cate Wilson (Joan Allen), mengetahui kehadiran sang anak anjing. Keesokan harinya, setelah mencoba menitipkan anak anjing itu kesana kemari, Parker Wilson akhirnya memutuskan memelihara anjing tersebut. Cate akhirnya semakin lama semakin mengizinkan anak anjing itu, yang kemudian diberi nama Hachi, untuk tinggal bersama mereka.
Hachi dan Profesor Wilson semakin dekat, seiring dengan bertumbuhnya Hachi. Suatu pagi, Hachi mengikuti sang Profesor berangkat menuju stasiun kereta. seolah-olah ingin selalu menemani sang majikan, Hachi menolak untuk pulang saat diperintahkan pulang oleh Profesor Wilson. Akhirnya hari itu Sang Profesor harus masuk terlambat karena ia harus mengantar Hachi pulang. Keesokan harinya, Hachi kembali mengikuti Sang Profesor ke stasiun kereta, namun kali ini Hachi menurut ketika diperintahkan pulang. Sore harinya, saat mendengar suara kereta, Hachi berlari dari rumah dan menunggu sang Profesor di depan stasiun.
Begitulah setiap harinya, Hachi mengantar dan menjemput sang Profesor. Sampai suatu hari, sang profesor tidak pulang untuk selamanya. Hachi yang tidak menyadari kepergian sang Profesor, setiap harinya tetap menunggu di depan stasiun, menunggu kedatangan sahabatnya, Profesor Parker Wilson. Hachi terus menunggu selama bertahun-tahun lamanya.
Hachiko : A Dog's Story (Hachi : A Dog's Tale) adalah sebuah film keluarga yang ringan tetapi sangat menyentuh. Berbeda dengan versi aslinya yang dibuat menjadi beberapa seri, film besutan Lasse Hallstrom ini dibuat dengan durasi yang lebih pendek. Alurnya yang cepat dibuat untuk menghindari kebosanan penonton, hanya saja jadinya agak mengurangi gambaran kedekatan Hachi dan Profesor Parker Wilson. Jika saja kedekatan mereka digambarkan lebih dalam, maka film ini tentu akan lebih baik. Untuk saat ini, mengingat saya terharu menyaksikan film ini, maka film ini layak untuk ditonton.
Subscribe to:
Posts (Atom)