MPAA: Rated R / Dewasa
Company: Sembilan Matahari
Director: Sammaria Simanjuntak
Cast: Sunny Soon, Saira Jihan
Runtime: 97 min
Recommendations: 8/10
Terdapat seorang pria bernama Cina (Sunny Soon), pria berusia 18 tahun beretnis Batak Cina, mahasiswa baru jurusan Arsitektur di sebuah Perguruan Tinggi Tekhnik di Bandung. Cina adalah seorang pintar, ulet, dan tidak pernah mengalami kegagalan selama hidupnya.
Sedangkan Annisa (Saira Jihan), adalah mahasiswi senior beretnis Jawa berusia 24 tahun, yang kuliahnya terhambat karena karirnya di dunia film. Annisa cantik & terkenal, namun dilanda kesedihan mendalam karena kesepian, serta masalah keluarga yang dialaminya. Annisa hanya memiliki satu teman, yaitu si "jari sedih". Sampai suatu ketika, satu jari lain datang dan menjadikannya tidak lagi merasa kesepian.
Cina dan Annisa mencintai Tuhan. Tuhan juga mencintai mereka berdua. Namun Cina dan Annisa tidak bisa saling mencintai, karena mereka menyebut Tuhan dengan nama yang berbeda.
Dari segi cerita, sudah pasti cerita yang disajikan adalah sebuah peristiwa yang pasti seringkali terjadi dalam masyarakat Indonesia yg amat majemuk. Namun, ini adalah pertama kalinya cerita yg sudah umum tersebut diangkat secara berani ke layar lebar. Mengapa saya katakan berani? Karena di film ini, agama, Tuhan, dan prinsip2 mengenai hal tersebut diangkat dan dibahas secara gamblang dan lugas ke dalam dialog2 yang wajar, tidak "maksa", dan sangat realistis.
Penyajian sinematografinya pun sangat apik. Banyaknya adegan2 close-up yang enak dilihat, properti2 yg mendukung dan amat logis, serta detail-detail yang amat berarti, sangat menyenangkan untuk disaksikan. Adegan2nya pun mengingatkan saya pada film2 kualitas manca negara, yaitu tidak ada adegan yg mubazir. Tidak ada adegan yg tidak berarti. Setiap detil, setiap sudut gambar, pada akhirnya memiliki arti dan perannya masing2. Seekor semut, sebuah apel, bahkan seruas jari pun dapat memegang peranan penting di film ini.
Dari segi para pemeran, menurut saya kualitas aktingnya di atas rata2. Rata2 siapa? Sudah pasti berada di atas rata2 para aktor & aktris kualitas sinetron yg sudah berani wara-wiri di layar lebar. Padahal, film ini merupakan pengalaman akting pertama kali bagi Sunny Soon dan Saira Jihan. Dan hasilnya? Sudah amat lumayan bagi mereka yg baru pertama kali main film. Akting mereka amat wajar, mendalam, chemistry yg terbangun antara mereka berdua juga amat terasa. Luar biasa.
Memang ada hal yg sedikit mengganggu, yaitu di awal film kualitas audionya agak kurang jernih. Dialog2nya terdengar seperti orang sedang menggumam, sehingga saya harus menggunakan teks Bahasa Inggris yg tertera untuk mengetahui dialognya. Juga ada beberapa adegan di awal, di mana soundtrack latarnya lebih terdengar dari pada dialognya. Namun, kejadian2 tersebut hanya terjadi di awal. Selanjutnya, kualitas suara menjadi semakin baik, dan semua itu terbayar dengan kualitas cerita yg bagus.
Saya mengucapkan selamat bagi seluruh cast & crew, juga kepada sutradara film cin(T)a yaitu Sammaria Simanjuntak, yang telah berhasil meyakinkan saya bahwa sineas Indonesia akhirnya mampu menunjukkan kualitas yang tak kalah dengan para film-maker asing. Semoga perjuangan para sineas Indonesia tidak haya sampai di sini. Maju terus perfilm-an Indonesia!
Company: Sembilan Matahari
Director: Sammaria Simanjuntak
Cast: Sunny Soon, Saira Jihan
Runtime: 97 min
Recommendations: 8/10
Terdapat seorang pria bernama Cina (Sunny Soon), pria berusia 18 tahun beretnis Batak Cina, mahasiswa baru jurusan Arsitektur di sebuah Perguruan Tinggi Tekhnik di Bandung. Cina adalah seorang pintar, ulet, dan tidak pernah mengalami kegagalan selama hidupnya.
Sedangkan Annisa (Saira Jihan), adalah mahasiswi senior beretnis Jawa berusia 24 tahun, yang kuliahnya terhambat karena karirnya di dunia film. Annisa cantik & terkenal, namun dilanda kesedihan mendalam karena kesepian, serta masalah keluarga yang dialaminya. Annisa hanya memiliki satu teman, yaitu si "jari sedih". Sampai suatu ketika, satu jari lain datang dan menjadikannya tidak lagi merasa kesepian.
Cina dan Annisa mencintai Tuhan. Tuhan juga mencintai mereka berdua. Namun Cina dan Annisa tidak bisa saling mencintai, karena mereka menyebut Tuhan dengan nama yang berbeda.
Dari segi cerita, sudah pasti cerita yang disajikan adalah sebuah peristiwa yang pasti seringkali terjadi dalam masyarakat Indonesia yg amat majemuk. Namun, ini adalah pertama kalinya cerita yg sudah umum tersebut diangkat secara berani ke layar lebar. Mengapa saya katakan berani? Karena di film ini, agama, Tuhan, dan prinsip2 mengenai hal tersebut diangkat dan dibahas secara gamblang dan lugas ke dalam dialog2 yang wajar, tidak "maksa", dan sangat realistis.
Penyajian sinematografinya pun sangat apik. Banyaknya adegan2 close-up yang enak dilihat, properti2 yg mendukung dan amat logis, serta detail-detail yang amat berarti, sangat menyenangkan untuk disaksikan. Adegan2nya pun mengingatkan saya pada film2 kualitas manca negara, yaitu tidak ada adegan yg mubazir. Tidak ada adegan yg tidak berarti. Setiap detil, setiap sudut gambar, pada akhirnya memiliki arti dan perannya masing2. Seekor semut, sebuah apel, bahkan seruas jari pun dapat memegang peranan penting di film ini.
Dari segi para pemeran, menurut saya kualitas aktingnya di atas rata2. Rata2 siapa? Sudah pasti berada di atas rata2 para aktor & aktris kualitas sinetron yg sudah berani wara-wiri di layar lebar. Padahal, film ini merupakan pengalaman akting pertama kali bagi Sunny Soon dan Saira Jihan. Dan hasilnya? Sudah amat lumayan bagi mereka yg baru pertama kali main film. Akting mereka amat wajar, mendalam, chemistry yg terbangun antara mereka berdua juga amat terasa. Luar biasa.
Memang ada hal yg sedikit mengganggu, yaitu di awal film kualitas audionya agak kurang jernih. Dialog2nya terdengar seperti orang sedang menggumam, sehingga saya harus menggunakan teks Bahasa Inggris yg tertera untuk mengetahui dialognya. Juga ada beberapa adegan di awal, di mana soundtrack latarnya lebih terdengar dari pada dialognya. Namun, kejadian2 tersebut hanya terjadi di awal. Selanjutnya, kualitas suara menjadi semakin baik, dan semua itu terbayar dengan kualitas cerita yg bagus.
Saya mengucapkan selamat bagi seluruh cast & crew, juga kepada sutradara film cin(T)a yaitu Sammaria Simanjuntak, yang telah berhasil meyakinkan saya bahwa sineas Indonesia akhirnya mampu menunjukkan kualitas yang tak kalah dengan para film-maker asing. Semoga perjuangan para sineas Indonesia tidak haya sampai di sini. Maju terus perfilm-an Indonesia!
"Makanya Tuhan menciptakan Cinta, supaya yang berbeda-beda bisa tetap satu" - Cina